top of page
5.JPG

KIT SANITASI TANGGAP DARURAT BENCANA

Laila Quthratun Nada
DP' 19

bg page karya mahasiswa-01.png

DESKRPISI SINGKAT PRODUK

Dari 75.000 desa yang ada di Indonesia, 35.000 diantaranya terindikasi sebagai titik rawan bencana. Namun di setiap titik tersebut juga menyimpan potensi lokal baik dari segi material maupun kearifan masyarakat dalam merespon bencana. Dalam serangkaian tahap pemulihan bencana, sanitasi menjadi salah satu kebutuhan awal pada masa tanggap darurat bencana. Berdasarkan pemetaan sosial yang dilakukan secara partisipatoris serta pertimbangan analisis resiko, diambil kemungkinan terburuk pada kondisi kawasan terisolir agar sarana dapat beradaptasi dalam berbagai situasi. Oleh karena itu fasilitas sanitasi dipersiapkan untuk ditempatkan di sekolah, atau kantor pemerintahan bagi kawasan rawan bencana. Alternatif pertama dipilih berdasarkan pertimbangan aspek kekuatan struktur dan desain yang compact, sehingga mudah didistribusikan ke wilayah yang sulit dijangkau. Beberapa partisi dari komponen utama dirancang untuk dapat adjustable dengan komponen modular lainnya. Dalam menyesuaikan kondisi keterbatasan air pada masa kritis di awal bencana, atas dasar efisiensi air limbah padat dikeringkan menggunakan hidrogel dan abu dari arang bambu sebagai bahan antibakteri yang mengurangi bau. Dalam konteks ini, air hanya digunakan untuk bilas disesuaikan dengan budaya sanitasi di Indonesia. Proses akhir prototyping disesuaikan dengan kemampuan lokal, dalam memastikan kemudahan produksi dan perakitan produk. Dengan pembuatan kedua prototype berukuran 1:1 serta model bilik 2:5. Dengan material stainless pada rangka bilik untuk menjaga higienitas sarana, kain antibacterial yang waterproof. Sementara pada model closet menggunakan plastik recycle yang mudah diproduksi dengan kemampuan lokal. Berdasarkan penelitian lapangan ditemukan beberapa material lokal yang mudah ditemukan di sekitar kawasan rawan bencana yang secara ilmiah ternyata juga memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan sarana sanitasi. Namun manufaktur berbasis kemampuan lokal tersebut belum memenuhi kriteria atau standar yang ditetapkan. Uji Coba perakitan dilakukan terhadap prototype 1:1 untuk memastikan fungsi berjalan dalam proses perakitan pada saat terjadinya bencana, guna mengetahui kecepatan, ketepatan waktu dan kendala yang dialami. Secara keseluruhan, proses perakitan dan kegunaan fungsi berjalan sesuai rancangan, kecuali komponen yang membutuhkan proses fabrikasi. Dalam proses uji coba perakitan bilik sanitasi, beberapa komponen bending sedikit memperlambat proses perakitan sebab partisi fiber frame yang ada di pasaran tidak memenuhi kebutuhan bending untuk beberapa titik kuncian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi lokal dapat menjadi perspektif baru dalam mengembangkan fasilitas sanitasi.

bg page karya mahasiswa-02.png

FOTO PRODUK

bg page karya mahasiswa-03.png

PROSES DESAIN

bottom of page